Ijazah Doa Jawa dari Mbah Dalhar Watucongol

Syair Doa dengan bahasa Jawa ini sering dimunajatkan oleh KH. A. Mahin Thoha, Lirboyo yang diterima dari KH. A. Chalwani Nawawi, Berjan Purworejo yang diterima dari Mbah Yai Dalhar bin Abdurrahman, Watucongol.

Tentang doa-doa berbahasa Jawa, al-Maghfurlah Romo KH. Idris Marzuki, Lirboyo, pernah dawuh:
ㅤㅤ
“Koe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazaji dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.”
(Kamu jika mendapat doa-doa Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat doa Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah doa dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah doa memakai bahasa Jawa. Jika bertemu wali Madura menggunakan bahasa Madura). 

 
Sebelum baca doa Jawa di bawah ini, hendaknya baca basmalah, asmaul husna dan shalawat kepada Rasulullah Saw.
KH. Dalhar Watucongol Magelang mempunyai doa agar tekun bekerja dan diberi kelapangan rizki. 

“Allahumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Allahumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Allahumma kitra-kitri, sugih bebek sugih meri. Allahumma kitra-kitri, sugih sapi sugih pari.” 

Redaksi doa ini memberikan maksud bahwa kita meminta kepada Allah SWT agar diberikan kemampuan dan sugih harta sehinga bisa beli pakaian dan memasak makanan, sekaligus kita dijadikan orang yang punya banyak ternak bebek, sapi, dan kaya hasil sawah ladang. Kekayaan zaman dahulu diukur dari banyaknya simpanan ternak dan padi. Sang Kiai memotivasi para santri untuk menjadi orang kaya sehingga ibadah dan dakwah bisa berjalan seimbang. (sumber )